Rabu, 07 September 2011

Keluargaku, Hidupku

Memiliki keluarga yang sempurna?? Terbersit dalam pikiranku untuk mengakui bahwa keluargaku adalah keluarga yang sempurna. Aku memiliki seorang suami yang (aku tau pasti) menyayangiku apa adanya. Aku juga memiliki karier yang dinamis yang membuat setiap orang yang menjalaninya tidak akan pernah bosan. Dan sebagai pelengkap kesempurnaan itu, aku memiliki seorang putra lucu yang berusia 2,5 tahun dan merupakan ksatria terhebat di mataku. 

Aku dan suamiku yang berusia 2th lebih muda dariku memiliki ras yang berbeda. Pada awalnya kami juga memiliki perbedaan keyakinan. Kami juga dibesarkan dengan cara yang berbeda sehingga memiliki pola pemikiran maupun kesukaan yang berbeda. Aku menyukai segala sesuatu yang berbau seni, arsitektural dan segala sesuatu yang dinamis, sementara suamiku menyukai segala sesuatu yang berbau teknologi dan permainan yang statis. Kalau aku menyukai beberapa genre buku, musik dan film, suamiku menyukai genre permainan komputer dan sejenisnya. Aku menyukai segala sesuatu yang berbau alami, suamiku menyukai segala sesuatu yang modern. Mungkin kedengarannya seperti iklan, tapi begitulah adanya. Terkadang kami suka sulit menyatukan kegiatan di waktu luang kami. Aku lebih suka jalan2 ke Taman Margasatwa atau Taman Menteng, sementara dia lebih suka jalan2 ke Toko Komputer atau Pameran Komputer dan Teknologi. Kami juga memiliki perbedaan yang signifikan dalam mengelola keuangan kami. Dia lebih suka menyimpannya secara konvensional, sedangkan aku lebih suka mengembangkan dana kami melalui asuransi atau investasi.

Satu hal yang menyatukan kami semakin erat adalah kehadiran ksatria kecilku, Lie. Dia adalah buah hati kami yang dididik dengan dasar keanekaragaman. Kami memberinya pengertian sejak dini tentang indahnya perbedaan. Dia menyukai permainan komputer sekaligus menyukai kegiatan luar. Meskipun begitu, sudah bisa dilihat kalau dia memiliki kecenderungan untuk menghindari tempat2 ribut (baik musik atau alat lain) yang tidak diketahui sumber suaranya.

Tapi dibilang memiliki keluarga yang sempurna? Aku yakin itu bukan aku orangnya.. Kami sering memiliki perbedaan pendapat yang menyebabkan perselisihan. Terkadang kami juga memiliki perbedaan cara dalam mendidik ksatria kecil kami. Dalam bersikap terhadap orang tua kami masing2 pun kami memiliki perbedaan. Dia lebih santai dalam menghadapi kedua orangtuanya, bahkan cenderung cuek, sementara aku sangat menjaga nada suaraku saat berkomunikasi dengan orangtuaku terutama ibuku.

Salah satu cara kami mengurangi perselisihan di antara kami adalah dengan cara menggunakan panggilan ‘sayang’ terhadap masing2. Panggilan tersebut adalah “Sayang..” Saking terbiasanya kami memanggil satu sama lain dengan panggilan tersebut, sampai2 kalaupun marah/menghardik/menegur dengan intonasi yang tinggi, panggilan itu tetap digunakan. Mungkin orang lain aneh mendengarnya, tapi jika aku benar2 marah terhadap suamiku, salah satu cara yang bisa mendinginkan hatiku adalah dengan cara bagaimana dia memanggilku. Biasanya kami juga menjaga intonasi suara kami agar tetap berada di level yang normal, meskipun hati sedang panas. Hal ini juga bisa memperkecil kemungkinan perselisihan kami semakin parah.

Perbedaan dalam hidup berumah tangga kami sangatlah besar dan kami menyadarinya dengan sesadar2nya saat kami memutuskan untuk menikah. Namun aku menyadari dan menikmati adanya perbedaan itu dan sedikit bangga karenanya. Aku bangga karena kami memiliki begitu banyak perbedaan dan tidak berusaha merubah satu sama lainnya. Aku juga bangga dengan pengaturan kegiatan kami agar kami masing2 mendapat kepuasan dalam menjalankan kegiatan yang diminatinya.

Keluargaku adalah keluarga yang tidak sempurna. Tapi ketidaksempurnaan itulah yang membuat keluargaku adalah keluarga yang sempurna.


*note ini pernah jadi nominasi di "20 inspirational story The Papandayan" di facebook

Minggu, 04 September 2011

Miss Him So....

Libur lebaran sudah hampir berakhir. Besok gw udh kembali ke aktivitas rutin yg sudah gw jalani beberapa bulan terakhir ini. Aktivitas rutin itu adalah 'kerja'.. Hahahaa... Selamat ya, nil, akhirnya lo bisa kerja juga... (pasti ada beberapa org yg mengucapkan kalimat ini).. Ya, beberapa bulan terakhir ini gw kerja di salah satu perusahaan konsultan (eh, ada kontraktor nya juga ding) yang cukup terkenal di Jakarta.

Nah, rencananya di liburan lebaran kali ini, gw pingin banget menghabiskan waktu bersama si ksatria kecil, Lie.. Tapi sayangnya, karena ada pekerjaan mendadak yang cukup menjanjikan dan deadline nya cepet, jadi lah gw lebih banyak menghabiskan waktu gw di kantor temen gw untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.

Alhasil, hampir dari setengah waktu libur gw, gw habiskan di situ. Mengejar pekerjaan yang tidak mampu aku kerjakan di rumah. Dan dengan terpaksa meninggalkan si ksatria kecil di rumah. Setiap kali gw mau berangkat meninggalkannya, terasa ada beban berat melihat wajah innocent nya yang merengek mau ikut. Lebih mudah meninggalkannya saat dia sedang memejamkan mata dan terlena dalam mimpinya. Tapi itulah. Demi mewujudkan mimpi2 kami kepada sang ksatra, aku relakan sebagian waktuku untuk mewujudkannya... :) *alasan cliche


Merindukan saat2 bersamanya
Merindukan tawa segarnya
Merindukan mendengar ucapan2nya
Merindukan kata 'wah' nya
Merindukan kegembiraannya
Merindukannya..

Sampai nanti sore sayangku, i love u so much

For my little knight, Lie

Sabtu, 03 September 2011

Bulan Penuh Berkah

Bulan Ramadhan sudah hampir berakhir. Banyak orang yang bilang bulan Ramadhan itu adalah bulan penuh berkah. Kalau didengarkan sekilas kalimat tersebut sangat biasa. Bahkan tidak terasa 'menohok' seperti saat aku mendengar pepatah2 lama atau kata2 mutiara. Beberapa stasiun TV juga menayangkan kalimat tersebut dikelilingi dengan hiasan bernuansa Islami di sela2 pergantian acara atau iklan.

Sampai suatu hari aku mendapatkan kesempatan untuk merenungi kata2 tersebut. Di titik itu aku merasakah suatu keharuan yang luar biasa. Sambil memperhatikan ksatria kecilku berlarian sambil memegang mobil2annya dan mengoceh nggak karuan, makna mendalam dari kalimat tersebut menerpaku.

Betapa cintaNya kepadaku... kepada kami, ciptaanNya.. seperti saat aku melihat ksatria ku yang berlari kesana kemari sambil sesekali terjatuh sebelum bangkit dan mulai berlari lagi.. Aku membiarkannya berlari, terjatuh, bangkit dan hanya menagawasinya dari jauh, namun siap untuk menolongnya jika dia memanggilku. Seperti itu kah cinta Sang Pencipta kepada ciptaanNya? Aku yakin jauh lebih besar dari itu. Buktinya, Sang Pencipta menyediakan satu bulan penuh selama 30 hari untuk kita mengejar berkah Nya yang berkelimpahan. Tidak hanya itu, di bulan itu juga Sang Pencipta mengurung semua iblis nya untuk memudahkan ciptaanNya mengejar berkahNya. Hampir sama seperti kita memberikan iming2 kepada putra atau seseorang yang kita cintai atau bahkan diri kita sendiri untuk prestasi yang kita harapkan kan... Lalu setelah prestasi tersebut tercapai, apa lagi yang kita harapkan sebagai pemberi hadiah? Melanjutkan prestasi tersebut tentu saja...

Seperti juga saat aku mengawasi ksatria kecilku. Aku membiarkannya berlari, terjatuh, tersenggol, tersakiti dll. Namun aku siap berada di dekatnya jika dia membutuhkanku. Tapi aku ingin dia mengalami segala pangalaman baik dan buruk. Kesenangan berlari dan sakitnya jatuh. Hal ini akan membuat sang ksatria lebih berhati2 dalam melangkah. Kesenangan untuk memanjat dan menyebalkannya jika kaki tersangkut sampai tidak bisa turun. Membuat sang ksatria berpikir sebelum bertindak.

Misalnya saja, sebagai hadiah naik kelas keponakanku sempat dijanjikan sebuah barang jika nilainya baik oleh orang tuanya. Setelah nilai nya yang baik itu tercapai dan barang tersebut dihadiahkan, apa lagi yang diharapkan oleh kakakku selaku orangtuanya? Tentu saja dia dan suaminya mengharapkan sang putra dapat meneruskan prestasinya tersebut di masa2 berikutnya. Sehingga nilainya bagus terus dan bisa menjadi bintang kelas. Pasti itu juga yang kurang lebih diharapkan oleh Sang Pencipta terhadap kita, ciptaanNya. Nah, apakah kita sudah memenuhi harapan tersebut?? Duh, kayaknya jauh deh.. Tapi Sang Pencipta tetap melimpahkan rahmat dan berkahNya seperti tidak terjadi apa2.

Menjelang habisnya bulan penuh berkah ini, aku berharap sepenuh hati supaya aku bisa merasakan bulan penuh berkah berikutnya. Aku merasa bulan ini aku tidak sepenuhnya mengejar semua rahmat dan berkah yang dilimpahkanNya. Aku lebih banyak sibuk dengan kegiatan keduniawian. Semoga di tahun berikutnya aku bisa lebih khusyu dalam menjalankan ibadah ya... Amin...

Selamat Hari Raya Idul Fitri, Apabila aku melakukan kesalahan, mohon dimaafkan ya.. karena sesungguhnya aku tidak pernah punya keinginan untuk menyakiti... always try to do the best.. masalahnya tidak semua yang terbaik itu bisa diterima juga dengan baik...
Semoga kita bisa bertemu lagi dengan bulan Ramadhan berikutnya dan menjalankannya dengan lebih tulus dan ikhlas...

Ninil, Franky, Lie